Monday, August 6, 2012

Percayalah, Itu Aku

dari sudut yang sama aku masih mengawasi gadis berambut pajang itu
wajahnya  pucat, matanya cekung, cukup menandakan kelelahannya malam ini
entah sudah detik keribu berapa yang kuhabiskan hanya untuk menatapnya
ya, hanya menatap, selalu menatap
dari jarak tak sampai 5 langkah darinya
mungkin kau akan tertawa bila mendengarnya atau berkata "mengapa tak kau raih saja ia dalam rengkuhmu"
andai hidup semudah itu, aku tersenyum, sinis

ia melemparkan pandang, menatapku
seolah menyadari keberadaanku disini
aku tersenyum membalas tatapnya, ia berpaling

Ribuan hari aku menunggumu
Jutaan lagu tercipta untukmu
Apakah kau akan terus begini


aku kembali menatap pundak wanita itu, membiarkan ia larut dalam dunianya
yang entah berada dalam bagian bumi sebelah mana
tes! aku mendengar itu
aku mendengar butiran lembut meluncur dari mata cekungnya, melewati pipi tirus yang pucat
mendarat dengan sempurna pada lembaran kertas dihadapannya
membasahi tinta yang setengah mengering tepat pada sebuah nama "Panji"

Panji? Panji?
ya, Panji
nama yang juga terukir di atas batu penanda pusaraku
Panji Pradana

aku membeku, seakan mati tuk kedua kalinya
aku meletakan tangan pada pundak dengan kemeja flanel biru itu,
kemeja yang sama dengan yang kukenakan dalam bingkai persegi di sudut mejanya
entah apa, tiba-tiba saja ia meletakan tangannya di pundak
pundak tepat dimana aku meletakan tanganku
ssssttt..... jangan menangis, aku berbisik padanya

Coba keluar di malam badai
Nyanyikan lagu yang kau suka
Maka kesejukan yang kau rasa
Coba keluar di terik siang
Ingatlah bintang yang kau sapa
Maka kehangatan yang kau rasa




hujan di sudut matanya mulai mereda
ia bangkit menuju pojok favoritku untuk menatapnya
samar, aku dapat mencium aroma kafein dari mug biru
ya kami, yang selalu berbagi kehangatan dalam sebuah mug berwarna biru itu
kenapa satu? entahlah, aku dan dia menikmati saat-saat berbagi kafein bersama mug biru itu, dulu
ya dulu..... aku menatap ujung sepatu
mengikutinya melangkah keluar, menatap bintang
menjemput malam
semilir angin memainkan anak-anak rambut yang berlari riang
aku membelai pipi tirus yang pucat itu
ia tersenyum....


percayalah itu aku....

0 comments:

Post a Comment

 

my own life.... Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template